" Besi tumpul dan berkarat bila dibakar dan ditempa terus menerus akan menjadi pedang tajam yang dapat memotong leher Sang Raja Dunia sekalipun "
-Sukmanahadi-

Tuesday, July 16, 2013

The Born of The Black Bastard

Entah tanggalnya, yang jelas Jum'at harinya. Sepeda kesayangan ane hilang di area parkir sepeda belakang pos security kantor (damn!). Polygon Xtrada 5.0 raib digondol maling pas sholat jum'at (CCTV told me :lol)





Polygon Xtrada 5.0

Setahun lebih vakum gowes karena trauma kalau beli sepeda lagi ujung-ujungnya juga bakal dicuri lagi (astagfirullah, ane udah suudzhon ama maling). Karena maling sekarang jauh lebih pintar, orientasi mereka sekarang sudah berbeda. Lebih menguntungkan maling sepeda dari pada maling motor. Gimana enggak, jual motor curian paling mentok para penadah berani bayar 2juta rupiah. Apalagi sekarang mulai banyak orang yang sadar akan harga sepeda. Ada yang mulai dibawah 1 juta-an sampai kisaran ratusan juta (gak percaya? Googling aja :)).
Jual sepeda curian tidak perlu STNK & BPKB, dijual senilai harga toko pun asalkan kondisi masih kinyis-kinyis juga laku. Makanya berhati-hatilah para goweser, maling sepeda bahkan tahu mana merk sepeda yang mahal & murah (update juga kali yak?)

Back to the topic. Setelah panas gara-gara dipanas-panasin teman yang dulu juga ane panas-panasin buat beli sepeda (this is how the Kharma works), akhirnya ane putusin buat pedalling lagi. Kali ini judulnya bukan cuma move on, tapi move up, pengennya nabung buat nebus sepeda downhill ato minimal freeride. Tapi ternyata sepeda downhill terlalu overbudget buat jejaka macam ane. Akhirnya dengan budget seadanya ane putuskan membangun sepeda crosscountry (lagi) mulai dari nol. 

Kenapa lebih memilih membangun daripada beli fullbike? Sebenarnya lebih kearah prinsipil, pengen lebih ngerti tentang sepeda, pengen bikin sepeda yang "cuma gue yang punya", dan karena lebih puas kalau kita sendiri yang ngebangun itu sepeda (lebih punya ikatan emosional #ceileh). 

Ouw iya, satu pesan untuk yang baru ingin main sepeda: Lebih baik beli jadi (fullbike) daripada membangun/merakit. 
Kenapa?
The one and only reason is the BUDGET.
Sepeda fullbike dari pabrikan jauh lebih murah karena dibuat secara massal sehingga harga sparepart-nya akan jauh lebih murah daripada beli satuan. This is the passion that your deposit is the limitation, and your wife, if you have one (hahagh.. untungnya masih bujang). Beli sepeda fullbike juga tidak ada risiko salah spek sparepart yang menyebabkan tidak terpakainya sparepart atau bottleneck budget terhadap spek sepeda.

Ada tiga prinsip utama dalam menentukan sparepart sepeda:
"Ringan, kuat, murah. Pilih dua!", which mean:
- kalau mau yang ringan & kuat, pasti tidak murah.
- kalau mau yang ringan & murah, pasti tidak kuat.
- kalau mau yang kuat & murah, pasti tidak ringan.
Kalau sudah menyiapkan alokasi budget, saatnya menentukan sparepart yang akan dipakai.
Well, let the hunt begin!

The Ingredient
Berikut adalah spek sparepart dari sepeda ane:
Frame                                                               : Dominate 011 Size M/17"
Groupset (FD,RD,sproket,BB,crank,rantai)          : Sram X4 2012 8 speed full set
Fork                                                                  : Spinner Cargo travel 100mm preload
Brakeset (caliper, lever)                                      : Avid Elixir1 6" 6 bolt 
Rims (hub, free hub, quick release)                     : Java Pro 26"
Ban Luar (depan belakang)                                : Maxxis Crossmark 2.10
Ban Dalem (depan belakang)                             : Maxxis Ultralight 2.00  
Handlebar                                                         : Aerozine OS 780mm low rise
Handgrip                                                           : Musketeer OS
Stem                                                                 : United Short Stem OS 1 1/8"
Headset                                                            : Canecreek VP intergrated 1 1/8"
Spacer                                                              : Neco 5mm (3 pcs)
Saddle                                                              : Selle Royal Seta
Seatpost                                                           : Amoeba Borla 31,8"
Seatclamp                                                         : Amoeba Borla
Pedal                                                                : Element X1 bearing
Cable housing                                                   : Jagwire

Sengaja ane pilih frame Dominate 011 size M/17" karena geometrinya sesuai ama tinggi badan ane yang 168cm. Yang jadi masalah adalah frame Dominate 011 sepertinya sudah tidak lagi diproduksi. Sialnya lagi, frame ukuran S (16") dan L(18") masih cukup banyak ditemui, tapi untuk ukuran M (17") dua bulan ane ngubek-ngubek toko dan bengkel sepeda di Jakarta, tambah hunting via online shop cuma ketemu 1 biji doank di Sepeda98. Itu juga hanya ada warna orange-kemerahan, sehingga ane harus repaint warna matte-black sesuai keinginan ane.

Dominate 011. Before coating.

Kenapa ane prefer warna matte-black (hitam doff)? Karena ane trauma punya sepeda yang eye-catching jadi mau gak mau itu frame harus ane repaint dengan warna yang terkesan tidak menarik, dalam hal ini adalah hitam doff. Tapi pas cari-cari cat semprot ane malah tertarik ama vinyl sticker motif keflar dari 3M. Berbahan semi plastis yang lentur bahan sticker ini jauh lebih mudah untuk dipalikasikan di frame sepeda yang memerlukan detailing yang benar-benar rapi.
Ini salah satu blunder ane dalam merakit sepeda. Bukannya keliatan tidak menarik, setelah sepeda ini selesai dirakit justru kebanyakan orang berpendapat bahwa frame sepeda ane ini lebih "cemolong" atau "maling-able" dari sepeda ane yang dulu karena motif carbon membuat sepeda ini terkesan sepeda mahal. :(

Dominate 011. Proses coating.
Mulai terlihat sisiknya.
Salah satu hal yang selalu ane perhatikan dalam membuat sesuatu hal adalah aspek eksklusifitas. Hal itu yang mendasari adanya "trademark" yang ane coba terapin di frame. Mengacu pada decal sepeda Specialized dan/atau Giant yang mencantumkan brand mereka di bagian bawah frame, ane design sticker bertuliskan nama belakang ane. Cukup narsis memang, tapi sekali lagi ini juga demi keamanan sepeda ane. Gampangnya, agar suatu barang tidak hilang atau dicuri orang salah satu solusinya adalah dengan cara dituliskan nama pemiliknya. Nah, begitu pula sepeda ini. (hihihihahahahaha... *ketawa iblis)  

Pembuatan decal ini juga cukup sederhana, yaitu dengan membuat design menggunakan Corel Draw atau program pengolah gambar lainnya. Kemudian di print secara mirror-ized di kertas sticker. Setelah ditempelkan di frame, semprot dengan clear acrylic beberapa lapis sampai merata. Tetapi harus diingat bahwa cat acrylic jangan sampe terkena coating carbon tadi, kalau tidak motif carbon akan tertutup oleh clear sehingga hanya akan memberikan efek hitam mengkilat saja.

Dikasih nama biar nggak dicuri lagi. Cuma modal kertas stiker dan clear acrylic.
Hasil jadi decal.
Fork yang ane pakai disini adalah fork Spinner Cargo travel 100mm preload non tapered. Pemilihan fork ini sebenarnya kurang sesuai dengan harapan ane karena terbentur masalah budget. Fork ini sebenarnya adalah fork untuk sepeda dirtjump yang memang tidak ada fitur lockout-nya. Untuk pemakaian wajar fork ini sebenarnya sudah mumpuni. Tetapi ane baru merasakan tidak enaknya fork yang tidak bisa di-lock saat melibas tanjakan. Ketika menanjak apalagi dalam keadaan pedalling sambil berdiri, efek bobbing yang ditimbulkan lumayan menguras tenaga (enggak semua yang empuk itu enak bro..). Jadi jelas sudah bagi ane bahwa target upgrade selanjutnya selain groupset adalah fork. Kemungkinan pilihan jatuh pada fork Suntour Epicon travel 120mm LO yang diclaim memiliki performa yang cukup baik oleh para goweser.


Fork dirt jump.
Setelah proses hunting semua sparepart yang seru dan menegangkan, barulah ane mulai tahap perakitan. Pada mulanya ane berkeinginan untuk benar-benar merakit sepeda ini dari awal sampai akhir, tetapi pada kenyataanya situasi dan kondisi tidak mendukung. Satu box toolset standard untuk service motor gede punya temen ane pun masih belum cukup untuk bisa memasang semua komponen sepeda. Terutama adalah kunci bottombracket yang pada umumnya dimiliki oleh bengkel-bengkel, sepeda sehingga mau tidak mau ane cuma bisa merakit sepeda ini dengan peralatan seadaanya. Selanjutnya pengerjaan ane serahkan ke bengkel sepeda yang sudah cukup kondang di daerah Cipinang Muara, yaitu Acin Bike Corner.

Bahan proyek,
Mulai merakit.
Mentok di kunci bottombracket
Setelah setengah hari dilembur ama teknisi di Acin Bike Corner akhirnya mulai nampak wujud asli dari The Black Bastard (nama sepeda ane ini). Cukup senang dengan hasil racikan sendiri yang sesuai dengan selera ane, walaupun tidak begitu dengan dompet ane. Setelah test drive & bolak-balik ganti setelan RD & FD, akhirnya dapet juga setelan yang pas dan loncer. Overall, groupset SRAM cenderung lebih stiff & crisp daripada groupset Shimano. Next upgrade tentu saja sektor groupset, ane sedang sangat tertarik untuk mencicipi groupset Shimano SLX lengkap dengan brakeset ICE tech-nya. (inget nabung buat kawin san..)

Wallaa! This is it!
Side view





















Tuesday, December 20, 2011

First Photoshoot : Latihan Jepret Jepret


Pertama kali ambil gambar pakai kamera mahal ni.
Jangankan settingan di dalamnya, merk & seri kameranya aja saya gak tahu.
Maklum, namanya juga kamera pinjem, jepretnya juga cuma pake naluri (^_^)v