21 Maret 2011 pukul 10.00 WIB, 2 hari setelah ulang tahun Papa.
Dua kali Papa telepon aku, dua kali pula aku gak jawab.
"Sandi sedang rapat dgn Pak Bachtiar Pa, tidak berani angkat telepon. Ada apa Pa?"
Jawabku melalui sms.
"Oh, ya sudah. Tidak apa. Nanti kalau sudah selesai rapat kasih tau Papa ya.."
Aku pun melanjutkan rapat sampai 2 jam ke depan. Setelah membereskan semua berkas-berkas bahan rapat, Aku mencoba untuk telepon Papa.
Telepon tersambung.
"Assalamualaikum. Gimana rapatnya ndi??? Rapat tentang apa tadi?"
"Wa'alaikumsalam. Udah selesai kok Pa. Biasa, rapat tindak lanjut. Ada apa Pa tadi telepon?"
"Emm, jadi gini, Papa mau cerita tapi Sandi gak usah panik ya, semuanya baik-baik saja kok"
Mendengar kalimat Papa tadi, jelas membuat aku panik seketika.
"Nggih Pa, ada apa?" jawabku penuh curiga.
"Mama tadi kecelakaan waktu berangkat kantor. Tapi mama sudah tidak apa-apa kok ndi, Sandi tidak usah khawatir"
Kalimat Papa yg mencoba menenangkanku malah membuatku semakin tidak karuan. "Mama luka Pa? Mana saja? Sekarang gimana?"
"Mama patah tulang kering dan memar-memar di bagian kaki. Tapi untuk luka bagian kepala belum tahu karena belum di-CT Scan. Sandi Tidak usah khawatir, mama tadi jam 10 sudah masuk ruang operasi dan baru saja keluar, tapi masih belum sadar. Alhamdulilah operasinya lancar."
"Ya Allah", ucapku singkat, lemas seluruh badan mendengar berita dari Papa.
Hari itu juga aku mengajukan cuti kepada atasanku dan langsung cari tiket pulang ke Semarang. Di perjalanan, kebayang lagi saat Mama juga mengalami kecelakaan parah 3 tahun yg lalu. H-4 sebelum Idul Fitri tahun 2008. Mama pulang kerja dan mengantuk, menabrak trotoar jalan sampai kendaraan bagian depan hancur. Beruntung Mama tidak mengalami luka dalam yg serius. Mama harus menerima 12cm jahitan di bagian kepala. Tuhan masih bersama Mama, alhamdulillah.
Seketika aku tersadar bahwa ada satu isyarat yg menyuruhku untuk pulang beberapa hari sebelumnya.
Ika, dia terus menerus memintaku untuk pulang. Aku pun menjawab bahwa aku tidak bisa pulang sampai bulan depan. "Hun, pokoknya harus pulang sekarang! Please..." kata dia.
Kami bahkan sampai harus cekcok sampai beberapa hari gara-gara aku gak mau pulang. Aneh, tidak biasanya kami seperti ini. Ternyata benar, aku memang harus pulang, apapun alasannya.
Sesampainya di Semarang, Papa menjemputku dan langsung menuju ke RSUD Semarang, tempat Mama dirawat. Papa menceritakan semuanya.
"Mama habis kecelakaan masih bisa nyewa angkot buat ke kantor biar gak telat apel pagi. Sampe di kantor baru ketahuan kalau mama patah tulang. Celana mama kena darah semua tapi tidak ada yang sobek, aneh kan? Setelah sampai RS baru tahu asal darahnya, ternyata patahan tulang mama sampai keluar kulit"
"oh God!" pikirku dalam hati, uda gak sanggup bayangin lukanya seperti apa.
sampai di RS, Mama masih tertidur pulas. Ragu antara membangunkan mama dengan pelukan atau membiarkan Mama tetap tidur biar rasa sakitnya tidak terasa. Tapi sekali lagi, insting seorang ibu mengalahkan rasa sakit dan obat bius sekuat apapun. Mama membuka mata saat aku berdiri di sampingnya. Mama cuma tersenyum dan menangis melihatku. Aku langsung memeluk mama.
Tidak ada air mata dari mataku, tidak boleh! Aku harus terlihat kuat di depan mama. Walaupun dalam hati aku sudah menangis sejak Papa telepon kemarin. Ini bukan saat penuh tangis. Aku harus kuat, aku disini untuk menjaga dan merawat mama.
"Maafin Mama ya mas... Gara-gara mama, kamu harus cuti gak masuk kerja. Mama udah melarang Papa buat ngasih tahu kamu. Takutnya kalau kamu sedang banyak kerjaan, nanti dimarahin atasan"
"Sudah, tidak apa kok ma. Atasannya malah nyuruh Sandi buat cepet-cepet pulang. Masa' ada masalah kayak gini Sandi tidak dikasih tahu"
Aku sadar betul, kendala keluarga yang memiliki anak tunggal dan harus bekerja terpisah jauh dari orang tuanya. Saat orang tua membutuhkan, terutama pada saat seperti ini, Aku harus ada bersama mereka. Beruntung, walaupun usia Papa tidak muda lagi tapi Allah masih memberikan kesehatan kepada Papa, alhamdulillah.
Tulang kering mama harus disangga dengan pen sepanjang 9 inch. Sebelumnya tim dokter memperkirakan bahwa pen yg digunakan adalah 6 inch. Ternyata setelah dibedah, patahan tulangnya sampai mendekati lutut.
Kondisi Tulang Yang Hancur |
Kondisi Tulang Di Daerah Telapak Kaki |
Terima kasih untuk tim dokter bedah tulang RSUD Semarang (Dr. Tanto) yg bertindak cepat untuk membedah kaki mama. Mama harus istirahat total selama seminggu di RS dan baru boleh menapakkan kakinya setelah kurang lebih 3 bulan. Mama baru bisa berjalan normal lagi memerlukan waktu minimal 6 bulan ke depan.
Saat Perban Dibuka Untuk Dibersihkan. Tampak Jahitan Menyilang Kecil Adalah Bekas Tulang Yang Keluar |
Kondisi Setelah Dipasang Pen |
Biarpun terlihat sangat parah tapi kami bersyukur mama tidak menderita luka yg lebih dari pada ini. Alhamdulillah..
Belakangan aku tahu kalau ternyata yang menabrak mama adalah seorang perempuan muda dan tidak punya SIM. Si penabrak tidak mendapat luka serius.
"Mbak yang nabrak mama itu gak apa-apa kok mas. lha wong mama di gendong sama orang-orang di jalan saja dia masih bisa jalan ngikutin ke puskesmas juga", kata mama.
Saat ini motor mama dan motor si penabrak sudah diamankan di Kantor Polisi. Motor mama dapat diambil dengan membawa SIM, STNK, dan BPKB. Tetapi motor si penabrak hanya bisa diambil dengan surat pernyataan dari keluarga korban, dalam hal ini adalah Papa.
Ada kejadian yang membuat papa dan aku benar-benar marah kepada keluarga si penabrak.
Sampai dengan 3 hari setelah kejadian, tidak ada etiket baik dari keluarga si penabarak untuk minta maaf atau sekedar melihat kondisi mama.
Keesokan harinya, datang 2 orang keluarga penabrak ke RS, ayahnya dan seorang juru bicara. Sepintas saja kami bisa tahu bahwa ayahnya tidak pandai berbicara, dan sayangnya sang juru bicara pun demikian. Bicaranya terbata-bata saat berbicara dengan kami.
Dia mengatakan bahwa si penabrak sekarang juga sedang dioperasi di RS Ungaran. Bohong besar ! Polisi sendiri yang menyampaikan kepada kami bahwa si Penabrak hanya dibawa ke sangkal putung.
Pada saat itu, yg menemui mereka hanya aku dan mama, papa sedang mengurus motor di Kantor Polisi. Si Juru Bicara pun meminta untuk dapat berbicara dengan papa. Tapi saat aku bilang bahwa papa akan segera kesini dan mohon ditunggu, mereka langsung mohon diri untuk pulang. Sebelumnya aku sudah meminta KTP dan nomor HP Si Juru Bicara. Mereka bilang akan datang besok malam. "Oke, kami tunggu."
Dari pertemuan pertama, aku, mama, dan papa sudah mengambil keputusan untuk melanjutkan melalui jalan damai dengan mempertimbangkan kondisi keluarga si penabrak.
Hari berikutnya, hari yang mengawali kemarahan kami. Keluarga korban kembali datang ke RS pukul 20.00 dengan membawa rombongan 8 orang laki-laki. What the hell?!!! mau ngancam???
"Maaf mas, bapak-bapak ini siapa ya?, kataku kepada mereka.
"Saya adalah kakak dari yg nabrak ibu sampeyan", kata salah satu dari mereka.
"Lalu bapak-bapak ini siapa? ada kepentingan apa? Kami hanya akan berbicara pada keluarga langsung si penabrak. dalam hal ini adalah Bapak si penabrak dan Suami atau kakak si penabrak. Yang tidak punya kepentingan silakan tunggu di luar dari pada mengganggu pasien lain"
Keenam laki-laki tadi jadi salah tingkah dan bingung, mereka menunggu diluar dengan tampang heran.
Hanya ada aku, papa, mama, kakak dan bapak si penabrak di ruangan. Dan ternyata si kakak malah semakin plin plan omongannya. Pada dasarnya, mereka menolak untuk jalan damai dan mengatakan bahwa ini adalah murni kecelakaan.
"Mas, kalau memang ini musibah, siapa juga yang mau?", bentak papa.
"Seandainya adik mas yang ada di posisi istri saya sekarang, saya akan bayar ganti rugi sumuanya, bahkan saya bayar dua kali lipat di depan muka anda !!!".
"Saya mau kok mas, bayar segitu tapi tidak merasakan sakit sampai berbulan-bulan, dua tahun lagi juga tidak harus operasi untuk mengambil pen !!!".
"Mas mau saya bayar 20 juta? tapi saya patahkan kaki anda di depan istri saya sekarang juga ?!!!"
"Mau?!!!"
Baru kali ini aku melihat sendiri kemurkaan papa sampai seperti itu.
Si kakak dan bapak penabrak hanya terdiam, tak lama kemudian mereka pulang untuk membicarakan dengan keluarga.
Papa sudah terlanjur marah. "Diajak jalan damai kok malah cari perkara. pokoknya akan papa pidanakan, titik!"
Perundingan ini memakan waktu sampai satu bulan penuh. Pihak penabrak sampai mendatangkan pimpinan pondok pesantren di daerah mereka bahkan anggota Koramil ke rumah kami. Tapi papa sudah terlanjur marah atas sikap mereka yang melepas tanggung jawab. Sampai kemudian mama yang sudah capek meladeni pihak penabrak, meminta papa untuk mecabut tuntutan ke Polisi.
"Dari pada nanti tidak jadi berkah", kata mama.
Ya sudah lah, biar itu jadi urusan papa. Yang terpenting kondisi mama sekarang semakin baik. Genap satu bulan setelah mama kecelakaan dan mama sekarang sudah bisa jalan-jalan sedikit walaupun masih menggunakan kruk. Tergolong masa penyembuhan yg cukup cepat untuk seusia mama. Terlihat jelas bekas jahitan di kaki mama. Pen penyambung tulang itu pun terasa menonjol bila diraba. Tapi aku yakin mama akan segera sembuh dan pulih seperti sedia kala. Amin..
Kalau orang bilang "Surga di bawah telapak kaki Ibu"
Kalau aku bilang "Surga di bawah 9 inch platina"
Get well soon mom.. I miss your Gelantine and Steamboat Soup, hehe... (^_^)V
Ga bertanggung jawab banget ya udah bikin rugi materi, fisik & waktu tapi malah sok segala bawa orang lain.
ReplyDeleteSemua di ambil hikmah nya aja ya. Kelak mereka bisa rasain yang keluarga anda rasakan. Yang penting sekarang mama nya udah bisa jalan ;)