" Besi tumpul dan berkarat bila dibakar dan ditempa terus menerus akan menjadi pedang tajam yang dapat memotong leher Sang Raja Dunia sekalipun "
-Sukmanahadi-

Wednesday, November 23, 2011

Kami, Para Wanita Dan Lelaki Sungguh Sebenarnya Tahu

Lagi iseng ngubek-ngubek webpage, eh nemu aja tulisan yg seru.
Jadi ini adalah curhatan seorang wanita yang mungkin bisa jadi perwakilan dari ribuan wanita di luar sana tentang perlakuan kami. Ya, kami kaum lelaki.
Dan yang lebih serunya lagi, ada note balasan dari sudut pandang lelaki.

So, just bring it on, Ladies..




Kami, Para Wanita Sungguh Sebenarnya Tahu...


Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukanlah tokoh romantis yang dapat melukis seperti Jack Dawson dalam Titanic, maka itu kami tidak pernah minta kalian melukis wajah kami dengan indah, paling tidak saat kami minta kalian menggambar wajah kami , gambarlah, meskipun hasil akhirnya akan seperti Jayko adik perempuan Giant dalam film Doraemon, tapi kami tahu, kalian berusaha.

Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukan peramal seperti Dedi Corbuzier yang dapat menebak isi pikiran kami atau apa yang kami inginkan saat kami hanya terdiam dan memasang wajah bosan, tapi saat itu kami hanya ingin tau, sesabar apakah kalian menghadapi kami jika kami sedang sangat menyebalkan seperti itu, kami tidak minta kalian mampu menebak keinginan kami, setidaknya bersabarlah pada kami dengan terus bertanya “jadi sekarang maunya gimana?”

Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukanlah penyair sekaliber Kahlil Gibran atau yang mampu menceritakan kisah romantis seperti Shakespear, maka itu kami pun tidak meminta kalian mengirimi kami puisi cinta berisi kalimat angan-angan nan indah setiap hari atau setiap minggu, tapi setidaknya mengertilah bahwa setelah menonton film korea yang amat romantis itu, kami sangat berandai-andai kekasih kami dapat melakukan yang sama, meskipun isi puisi tersebut tidak sebagus kahlil Gibran, kami akan sangat senang –sungguh- jika kalian mengirimkannya dengan tulus dan niat. (bahkan meskipun ujungnya terdapat “hehe, aneh ya?”, kami akan benar-benar melayang, tuan)

Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian tidaklah setampan Leonardo Dicaprio, tapi tolong mengertilah itu sama sekali bukan masalah bagi kami, saat kami memuja-muja pemuda seperti itu, itulah pujian dan pujaan, tapi hati kami sungguhnya telah terikat oleh kalian, tuan. Mungkin saat itu kami hanya ingin tau apa pendapat kalian jika kami jatuh cinta pada orang lain, semacam mengukur tingkat kecemburuan kalian.

Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian tidaklah semenakjubkan John Nash atau sebrillian Isaac Newton, namun kami sebenarnya sangat menghargai bantuan kecil dari kalian meskipun hanya membantu mencarikan artikel dari internet, kami ingin menunjukkan pada kalian bahwa kalian lebih kami percayakan daripada Newton atau Galileo.

Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian tidaklah segagah Achilles pada film Troy, maka itu kami tidak pernah minta kalian mengikuti program peng six-pack an tubuh atau kontes L-men. Namun dengan kalian berhenti dan tidak pernah merokok, kami sangat akan memilih kalian dari Achilles manapun. Menyuruh kalian berhenti merokok adalah untuk meyakinkan diri kami bahwa kalian lebih gagah dari Achilles (karena tentu kalian akan kalah beradu pedang dengan Achilles bukan?).

Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukan Pangeran dengan kuda putih yang akan melawan naga demi kami, karena kami pun bukan putri tidurnya, dan maka dari itu kami tidak pernah minta kalian melawan preman pasar yang pernah menggoda kami waktu lalu, tapi setidaknya, mengertilah tanpa kami harus minta, saat hujan lebat datang dan dirumah sedang mati lampu dan ayah ibu belum datang, kami hanya dapat mengandalkan kalian, maka itu temani kami walau hanya dengan sms dan telepon, karena menurut kami, berbincang dengan kalian adalah melegakan, maka itu jangan tradeoff (tukar) keadaan seperti itu dengan Game PES 2012 terbaru kalian itu (sangat mengesalkan!)

Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukanlah bayi yang harus diingatkan hal ini dan itu setiap waktunya, tapi mengertilah bahwa kami sangat merisaukan anda, kenapa kami mengingatkan kalian makan atau sembahyang, itu karena tepat saat itu, kami baru saja hendak makan atau sembahyang, maka itu saat kalian bertanya kembali atau mengingatkan kembali, kami akan jawab “iya, bentar lagi nih”

Kami, para wanita tau kalian bukanlah Romi Rafael yang pandai menyulap saputangan menjadi bunga, maka itu kami tidak pernah meminta hal hal semacam itu, namun mengertilah bahwa melihat bunga rose di pinggiran jalan itu menggoda hati kami, bahkan meski kami tidak suka bunga, pemberian kalian akan menjadi hal yang kami sukai, karena kami sebenarnya hanya sangat ingin menyimpan kalian saat itu, setelah malam kalian antar kami pulang, namun kami tahu kita harus berpisah saat itu.

Kami, para wanita tau kalian bukanlah Mr. Bean yang dapat membuat kami tertawa terbahak saat sedang bosan, maka itu jangan coba-coba menjadi juru selamat untuk mencoba membuat kami tertawa saat itu, karena kami tau kalian tidak mampu sekocak Mr. Bean dan malah hanya akan memperkeruh suasana, yang kami inginkan saat itu hanyalah memastikan kalian ada disamping kami saat masa-masa sulit meski hanya dengan senyuman menenangkan.

Kami, para wanita juga tau kalian bukanlah pemuda seperti Edward Cullen yang akan segera datang dengan Volvo saat kami diganggu oleh preman jalanan, namun setidaknya, pastikan kami aman bersama kalian saat itu dengan tidak membawa kami pulang terlalu larut dan mengantarkan kami sampai depan pintu rumah dan bertemu ayah ibu, (jangan hanya sampai depan gang, hey, tuan!)
Kami, para wanita tau kalian tidak akan bisa seperti ibu kami yang dapat menghentikan tangisan kami, namun tolong mengerti, saat kami menangis dihadapanmu, kami bukan sedang ingin dihentikan tangisannya, justru kami sangat ingin kalian dihadapan kami menampung berapa banyak air mata yang kami punya, atau sekedar melihat apa reaksi kalian melihat kami yang –menurut kami- akan terlihat jelek saat menangis

Kami, para wanita tau juga sebenarnya, bahwa kalian tidak akan punya jawaban yang benar atas pertanyaan, “aku gendut ya?”, kami sungguh tau, tapi saat itu kami hanya ingin tau, apa pendapat kalian tentang kami yang pagi tadi baru bercermin dan sedang merasa tidak secantik Kristen Stewart.

Kami tau, kalian adalah makhluk bodoh yang tidak peka dan terlalu lugu untuk percaya pada setiap hal yang kami katakan, tapi mengertilah bahwa saat kalian bertanya “baik-baik aja?” dan kami jawab “iya, aku baik-baik aja” itu adalah bahasa kami untuk menyatakan keadaan kami yang sedang tidak baik namun kami masih menganggap kalian adalah malaikat penyelamat yang mampu mengatasi ketidak-baik-baikan kami saat itu tanpa kami beritau, (tentu mestinya kalian sadari jika kami memang benar sedang baik-baik saja kami akan menambahkan perkataan seperti “iya aku baik-baik aja, malah tadi aku di kampus ketemu dengan dosen yang itu lho….*bla.bla.bla”)

Iya, kami sepertinya tau apa yang kalian pikirkan tentang kami yang begitu merepotkan. Tapi begitulah kami, akan selalu merepotkan kalian, tuan. Hal ini bukan sesuatu yang kami banggakan, namun inilah bahasa kami untuk mempercayakan hati kami pada kalian, jika kalian bukanlah pemuda yang kami percayakan dan kami butuhkan, tentu saja yang kami repotkan dan persulitkan bukan kalian. Kami makhluk yang amat perasa dan gampang merasa “tidak enak”. Kami enggan merepotkan “orang lain”.

Jika kami merepotkan dan menyusahkan, berarti kami menganggap anda bukanlah orang lain, tuan.

Kami tidak senang bermain-main, tuan pemuda. Maka tolong jaga hati yang kami percayakan ini. Kami mungkin mudah berbesar hati atau “geer”, tapi sekali kami menaruh hati kami pada satu pemuda, butuh waktu yang lebih lama dari menemukan lampu bohlam untuk menghilangkannya (bukan melupakan).

Kami akan sulit menerima hati baru setelah itu, karena kami harus membiasakan diri lagi. Padahal kami sudah terbiasa dengan anda, terbiasa melakukan semuanya dengan anda. Maka tolong, mengertilah tuan. Karena kami, wanita sungguh sangat tau sebenarnya kalian, pemuda, dapat mengatasi semua tingkah kami yang merepotkan ini.



Aku Pinjam Uang Ayah, 5000 Saja..

Seperti biasa, Toni, seorang kepala cabang sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba dirumahnya pada pukul 9 malam, sedikit telat memang.
Tidak seperti biasanya, Nanda, sang putra yang baru duduk di di kelas 2 SD yang membukakan pintu. Ia nampak sudah menunggu cukup lama.
"Kok Nanda belum tidur?", sapa Toni sambil mencium kening anaknya. Biasanya Nanda sudah lelap tertidur ketika Toni pulang dan baru akan terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor di pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Nanda menjawab, "Nanda menunggu ayah pulang, Nanda mau bertanya berapa sih gaji ayah?".
"Lho, tumben, kok nanya gaji ayah segala? Mau minta uang lagi ya?".
"Ah, enggak, Nanda pengen tau aja". "Boleh, kamu hitung saja sendiri. Setiap hari ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,00 per hari.
Dan setiap bulan rata-rata ayah bekerja selam 25 hari. Jadi gaji ayah selama satu bulan berapa, hayo?"

Nanda berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi.
Nanda menghitungnya dengan sangat serius, sampai ditelitinya berulang-ulang. Ketika Toni beranjak menuju kamar untuk beranti pakaian, Nanda berlari mengikutinya.
"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,00 untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,00 dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok" perintah Toni. Tapi Nanda tak beranjak. Sambil memandang ayahnya berganti pakaian, Nanda kembali bertanya, "Ayah, Nanda boleh pinjam uang RP 5.000,00 nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam. Buat apa minta uang malam-malam begini. Ayah capek dan mau mandi dulu. Tidur sana"
Tapi, ayah...". Keasabaran Toni sudah habis. Pekerjaan di kantornya seharian ini benar-benar menguras tenaganya.
"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Nanda. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Toni nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Nanda di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur.
Nanda didapatinya sedang mendekap erat kedua kaki kecilnya sambil menangis terisak-isak pelan.
Ia memegang uang recehan Rp 15.000,00 di tangan yang satu dan mainan ular tangga di tangan lainnya.
Sambil duduk dan mengelus kepala bocah kecil itu, Toni berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Nanda. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini?".
Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp 5.000,00, lebih dari itu pun Ayah beri"
Tangis Nanda terhenti. Ia bangkit dan duduk sambil memandang ayahnya.
"Ayah, Nanda nggak minta uang. Nanda pinjam, nanti Nanda kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini"
"iya, iya, tapi buat apa?" tanya Toni lembut.
"Nanda sudah menunggu ayah dari jam 7 . Nanda mau ajak ayah main ular tangga setengah jam saja. Ibu bilang kalau waktu ayah itu sangat berharga. Jadi Nanda mau membeli waktu ayah"
"Nanda pecahkan tabungan, ada Rp 15.000,00. Tapi karena ayah bilang satu jam ayah dibayar Rp 40.000,00 maka setengah jam ayah berarti Rp 20.000,00. Uang tabungan Nanda kurang Rp 5.000,00. Makanya Nanda mau pinjam dari ayah" kata Nanda polos.
Toni terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah itu erat-erat. Air matanya mengalir pelan, menetes lembut diwajah sang putra.